Guru adalah orang yang bisa mengajar. Tidak disebut sebagai guru jika tidak bisa mengajar. Jika guru hanya kuasai mata pelajaran sesuai disiplin ilmunya tetapi tidak bisa mentransfer ilmunya tersebut ke dalam otak muridnya maka dia itu bukan guru tetapi cocok jadi ilmuwan. Contoh : guru fisika sangat pintar fisika, tetapi ketika dia mengajari muridnya tentang fisika, muridnya tidak paham apa yang dia sampaikan, malah murid dibuat pusing oleh dia maka dia itu bukan guru dari ilmuwan fisika. Begitu juga yang lainnya.
Jika ada guru yang mengatakan bahwa muridnya bodoh-bodoh, maka dia sendiri-lah yang bodoh. Bodoh dalam hal mengajar. Bodoh dalam menyampaikan ilmunya pada muridnya. Apalagi guru tersebut sampai memukul muridnya karena dia anggap muridnya bodoh. Sebenarnya saat itu dia sedang mengatakan pada dirinya bahwa dia-lah yang bodoh, karena tidak bisa membuat muridnya pintar. Dan saat dia memukul siswa maka sebenarnya dia sedang memukul dirinya. Cuma pelampiasannya ke siswa. Jika guru tidak bisa mengajar dan membuat siswa pintar kemudian ditambah lagi dia suka menghina dan memukul siswa maka itulah guru Goblok. Goblok mengajar dan goblok membimbing muridnya.
Ada lagi yang paling parah, yaitu guru yang tidak menguasai disiplin ilmunya kemudian tidak mampu mengajar. Sudah bodoh ilmu, bodoh mengajar lagi. Iya juga sih, mana mungkin bisa mengajar kalau tidak menguasai ilmu yang diajarkan. Ini nih banyak terjadi di Indonesia. Kadang guru wakil kepala sekolah yang latar belakangnya jurusan PPKN, eh ternyata mengajar fisika. Bahkan semua mata pelajaran dia ajarin. Jadi mengajar fisika versi PPKN.
Mau ngapain orang-orang ini? Seakan-akan guru adalah pelarian bagi mereka. Karena tidak ada perusahaan yang menerima mereka maka dia lari ke guru. Sehingga dalam mengajar dia tidak bisa. Hanya pintar ilmunya tetapi tidak pintar mengajarkannya. Sehingga terciptalah siswa yang bodoh yang sebenarnya tidak bodoh dan terciptalah kualitas manusia rendahan padahal manusianya cerdas. Jika hal ini terus berjalan maka mampuslah Negara ini.
Ada juga guru yang merangkap jabatan, misalnya guru biologi sekaligus guru fisika. Memang dia pintar tapi Cuma pintar biologinya saja sedangkan fisikanya Cuma setengah-setengah, jadi ilmu yang diterima siswa juga setengah-setengah. Ngajar biologi saja nggak becus apalagi ngajar fisika yang bukan keahliannya.
Memang Negara ini sukanya setengah-setengah. Setengah hati mengurus rakyat, setengah hati menjalankan amanah, setengah hati mencintai anak dan istri, setengah mencintai Negara, setengah hati ingin hidup dan setengah hati untuk mati. Makanya Negara ini hancur berantakan. Sudah berkali-kali ganti pemimpin namun tidak ada perubahan yang signifikan yang rakyat rasakan.
Begitu juga dalam dunia pendidikan di Indonesia. Sudah kurikulumnya bikin otak siswa pusing, ditambah lagi pemerintah dan guru-guru serta pegawai sekolah setengah hati mengurus mereka. Pemerintah setengah hati mengekluarkan dana pendidikan tetapi jika untuk makan mereka, gaji mereka dan perjalanan dinas mereka diperhatikan betul. Guru yang setengah hati adalah guru yang mengajar tetapi sebenarnya tidak bisa mengajar.
Guru yang pintar tetapi sebenarnya tidak pintar. Kepala sekolah dan jajarannya juga setengah hati semuanya mengurus siswa. Mengurus siswa seadanya tanpa ada perjuangan sedikitpun. Kerjaannya hanya membuat komite dan memeras uang siswa miskin.
Kepada guru-guru yang merasa diri goblok, janganlah teruskan ke_goblok_annya..ntar Negara ini bisa hancur gara-gara kalian yang tidak tahu diri. Niat menjadi guru hanya semata-mata untuk mencari uang, bukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Ingat ya !! tidak ada siswa yang pintar, yang ada hanya siswa yang unik pada bakatnya masing-masing.
Lucu ya jika kita perhatikan. Tiap mata pelajaran ada gurunya tersendiri. Tetapi kenapa siswatidak dibegitukan aja sekalian. Misalnya siswa yang senang IPA maka hanya mata pelajaran IPA yang dipelajari. Jika siswa senang belajar IPS maka dia hanya dikasih belajar IPS saja, sehingga tidak harus mereka pusing dengan belajar IPA lagi.
Inilah yang membuat saya mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia memiliki kurikulum pemerasan otak siswa, memiliki guru goblok sehingga terciptalah istilah siswa bodoh padahal sebenarnya kurikulumlah dan gurulah yang bodoh. Saatnya mengganti kurikulum di system pendidikan nasional kita agar tidak membuat siswa pintar dikatakan bodoh. Kemudian guru-guru yang goblok dipecat saja karena hanya menjadi penyakit bagi siswa. Jujur, lebih baik siswa tidak diajarkan sama sekali daripada diajarkan oleh guru yang goblok. Karena guru yang goblok hanya akan membuat siswa stress dan membuat siswa mendapat predikat bodoh dari guru goblok tersebut. Wallahu’alam bishawab. By. Hijrah, S.Pd

3 Responses so far.

  1. Unknown says:

    Betul banget tuh...di negara kita emang banyak yang seperti itu, kebanyakan guru tidak memahami ilmu yang harus diajarkan ke murid-muridnya, ujung-ujungnya murid hanya diberi tugas mencatat dan terus mencatat, tanpa diberi penjelasan apa yang telah dicatat oleh muridnya...

  2. Unknown says:

    Nurnazmi, S.Pd
    Rabu, 25 Juni 2014
    Betul adanya realita di Indonesia kini seperti yang di uraikan oleh abang, tapi pernahkan kita berpikir apa yang pernah kita sumbangkan untuk negara atau untuk daerah kita, boleh kita menganalisis tentang perubahan yang kita lihat dan rasakan tapi, marilah sama-sama saling mengsinergikan perubahan dasyat berawal dari diri kita, dan orang disekitar kita. tanyakan pada diri kita, apa distribusi kita pada rakyat selama ini. Marilah sama-sama mewujudkan perubahan yang merakyat dan adil menurut fersi masih-masing individu dan kebuuhan masyarakat sekitar kita.

  3. Jika ada guru yang mengatakan bahwa muridnya bodoh-bodoh, maka dia sendiri-lah yang bodoh. Bodoh dalam hal mengajar.
    LukQQ
    Situs Ceme Online
    Agen DominoQQ Terbaik
    Bandar Poker Indonesia

Leave a Reply